GambarSetelah pernikahan Pangeran Charles dan Lady Diana, sebagai yang terhebat abad kemarin, maka abad ini, pernikahan yang cukup mengguncang muda-mudi mbelgedhes pecinta dunia entertainment adalah pernikahan Dude Herlina dan Alyssa SubanDONO-KASINO-INDRO. Semua pasti sepakat, pernikahan itu sempurna. Yang cowok Rama, yang cewek Shinta. Seperti juga, Cleopatra dan Mark Anthony sedang memadu kasih. Begitu terharu bak Romeo dan Juliet di jagat keartisan. Ada pula ketulusan sebagaimana Syah Jahan memperlakukan Mumtaz Mahal. Sempurna lah ya pokoknya. Cinta sejati bersemi sampai mati.

Ya wajar memang kalau Dude mampu menggaet Alyysa yang perawan ting-ting, muda, cantik, pintar, santun dan tidak neko-neko. Jarang-jarang ada wanita macam itu di jaman edan, kata Ronggowarsito. Meskipun ada, pasti ditutupi tabir. Meskipun terlihat, pasti nampak sumir. Apalagi di dunia entertainment. Semua seakan diskenariokan. Kehidupannya diibaratkan sinetron saja. Suatu hari protagonis, di lain waktu sekejap jadi antagonis. Kadang jadi artis pembantu, cuma numpang permisi.

Tapi begitulah Dude, pria yang beruntung itu. Wajah tampan, baik budi, perangai santun, ditambah kesan alim, menjadi impian semua pria (impian semua wanita juga). Apa?! Kok jadi impian pria dan wanita. Apa Dude Biseksual? Bukan, bukan. Maksudku, Dude secara kacamata pria, nampak sebagai sosok ideal seorang pria. Dan dari kacamata wanita, entah kacamata yang sebelah mana, Dude itu sosok imam yang sempurna. Entah imam mesjid, imam mushola, atau imam-imaman.

Penantian panjang dari Nasyla Mirdad, Asmirandah sampai Meyda Safira, akhirnya berlabuh di hati Icha. Sungguh Tuhan maha adil. Ditunjukkan pula mana calon yang kira-kira sesuai dengan Dude. Nasyila mungkin cantik, imut, tapi dia tak cukup dewasa. Kalau Andah, tak kalah cantiknya pula, sayangnya dia wanita yang suka tantangan, sementara Dude suka yang lurus-lurus. Ketika doa dipanjatkan, datanglah Meyda Safira yang kelihatannya mirip-mirip Oki Setiana Dewi atau yang biasa disebut OSD (bukan OCD! Kalau OCD botak, bukan berhijab). Tapi ternyata oh ternyata, sinetron betul kehidupan si Dude. Teh Husna dalam film KCB ini, meskipun cantiknya seperti bidadari kepeleset dari pintu surga hingga jatuh ke bumi, tak jua dinaiki Dude ke pelaminan. Entah kenapa. Apa Dude masih mencari bidadari yang lebih sempurna senyumnya? Mana ku tahu!

Dengan track record profesional maupun kepribadian yang amat baik, tentu, seandainya aku Dude, maka aku bebas memilih siapapun wanita di dunia ini. Kurasa ini tak sulit. Siapun wanita itu, pasti mau denganku. Dari Paris Hilton hingga Elly Sugigi. Meskipun tampangku tak sesempurna Andhika Kangen Band, pria yang dengan sekali lirik, wanita bisa mabuk kepayang, namun minimal, dengan keahlianku menampilkan sosok pria baik dan santun budi pekerti di khalayak ramai, aku mampu mendapatkan yang terbaik di antara mereka. Piece of cake lah ya…

Sebagai artis kenamaan, tentu mudah sekali bagiku meraih segala yang kumau. Pun seandainya kumau pergi ke senayan, misalnya jadi anggota dewan, seperti banyak kawan seprofesiku, toh itu hal yang sangat sederhana bagiku. Cukup saja sebar baliho atau poster-poster bergambar wajahku, semua orang yang mengenaliku, pasti pilih aku, terutama ibu-ibu yang biasa menonton sinetronku sambil mengupas bawang.

Aku pun bisa bergaya seperti Raffi Ahmad, Ahmad Dhani atau Syahrini. Dengan reputasi, pengalaman, serta penghargaan yang pernah kudapat sebagai aktor terbaik, aku bisa mendapatkan sebuah rumah produksi yang mau membayarku ratusan juta per episode. Toh, dengan aku mengumpulkan beberapa bulan saja, aku bisa beli Ferarri. Soalnya, sinetronku bukan cuma satu. Film yang kubintangi juga teramat banyak. Kalau untuk sekedar bergaul dengan kaum jetset, aku masih mampu.

Kalau sudah bergaul sama mereka, paling ujung-ujungnya, kalau nggak Narkoba ya main perempuan. Kalau itu sih, aku sudah tahu. Temenku banyak jadi korban. Ya…kalau sekedar bergaul sama artis yang karyanya belum jelas seperti Rebecca Reijman dan Jeniffer Dunn. Nggak level lah yaw! Wawan saja yang jelek, bisa dengan mudah membeli wanita-wanita itu, kenapa aku tidak? Aku ganteng, kaya, keren dan satu lagi…ssstt, aku alim!

Wanita-wanita yang kau lihat di televisi, yang kelihatannya cantik jelita dengan biaya perawatan selangit, memakai barang-barang mewah selalu, nampak hidupnya kaya raya, ya sesungguhnya mereka miskin. Baru Alphard, sudah tunduk. Baru rumah mewah, sudah tunduk. Padahal sama lelaki yang baunya tengik, perutnya buncit, hidungnya sembelit, seperti Djoko Susilo, Akil Mochtar, dan Ahmat Fathonah. Levelku tidak sama dengan mereka. Aku lebih tampan, lebih kaya, lebih keren dan ssttt…jangan bilang siapa-siapa. Aku lebih alim!

Intinya, seandainya aku Dude, aku akan merengguk semua kenikmatan yang ada di bumi. Soalnya, aku punya segalanya. Untuk memenuhi itu semua, cukup menjetikkan jariku. Jadi pejabat muda? Bisa! Politisi dadakan? Bisa! Gaet wanita cantik? Bisa! Yang lebih seksi dari Alyssa Subandono? So pasti bisa! Barang mewah? Bisa! Kedudukan penting? Bisa! Gelar kebangsawanan sebagaimana Julia Peres meraihnya dengan Cum Laude? Tentu saja bisa. Jupe yang sampah saja bisa, kenapa aku tak bisa?

Tapi sayangnya, aku bukan Dude!

Orang bisa dengan mudah menilai seorang terkenal. Tapi sungguh berat sebenarnya menjadi publik figure, entah itu artis, pejabat ataupun pengusaha kaya raya. Soalnya, terkadang, segala sesuatunya berjalan tidak semestinya. Tidak lengkap, antara tutur kata dan derap langkah. Oleh sebab itu, aku berpesan pada kalian yang berkehendak menjadi public figure, idola masyarakat. Jujurlah! Bisa saja kau tipu masyarakat dengan perilaku bayanganmu, tapi tidak dengan anjing yang melolong. Dia tahu, baumu sungguh busuk. Meski kau bermandikan minyak wangi. Tahu kenapa aku bukan Dude? Sebab, Tuhan tahu kalau aku tak pantas jadi public figure. Nanti terlalu banyak membohongi orang. Apalagi dengan ragam kenikmatan surgawi yang dihidangkan di depan mata para public figure. Tentu aku tak kuat!

Semoga Dude bahagia! Meskipun aku bukan kamu. Tapi aku bahagia dengan istrimu yang sekarang ini.

#lho?!

 

Oleh: Bey Erest

 

sumber: http://undergroundtauhid.com

 

About aanmokodongan

(kosong aja dulu)

Tinggalkan komentar